Sepuluh tahun terakhir, Internet telah menjadi saluran informasi. Di mana, setiap orang, lembaga atau perusahaan dapat mengunggah (upload) atau mengunduh (download) informasi melalui Internet.
Setiap hari diyakini terdapat jutaan informasi yang diunggah maupun diunduh oleh orang, lembaga atau perusahaan. Pelbagai informasi dari berragam bidang ilmu dan teknologi, peminatan atau hobby, agama dan kepercayaan, usaha dan perkantoran, serta bermacam-macam pengalaman terdapat di lingkungan internet. Seperti bola salju yang menggelinding, semakin lama semakin besar, maka dari waktu ke waktu, Internet pun menjadi media yang sangat lengkap kandungan informasinya, karena sekali informasi itu diunggah, maka informasi itu akan terus bertahan di lingkungan internet.
Pertanyaannya, sejauhmana orang dapat mengkonsumsi dan memanfaatkan informasi itu untuk menumbuhkan inspirasi, mengembangkan wawasan, memuaskan rasa ingin tahu yang timbul dalam dirinya.
Cara konsumsi
Berjubelnya informasi yang terdapat di Internet telah mendorong para ahli menciptakan sarana berupa mesin pencari (search engine), seperti halnya Google. Mesin pencari itu berfungsi sebagai sarana untuk mempercepat penemuan berita, feature, opini, artikel, buku dan jurnal yang dibutuhkan para pengakses Internet.
Mesin pencari informasi telah terbukti efektif untuk menyibak rimbunnya belantara informasi dan menemukannya. Oleh karena itu, mesin pencari telah menjadi andalan bagi setiap orang yang mengakses internet.
Namun perlahan-lahan, penggunaan mesin pencari telah mengubah cara pengakses internet dalam mengkonsumsi informasi. Jika dibandingkan dengan masa lalu, sewaktu mereka masih membaca koran, setiap hari mereka akan menjaring informasi dari berbagai topik. Mata pembaca akan bergerak bebas untuk menelusuri informasi-informasi yang tersaji dihadapannya, dari berita politik, ekonomi, social dan budaya, profil lembaga, biografi, opini, artikel hingga iklan dan lain sebagainya.
Kini, pergerakan mata pengakses Internet untuk menemukan informasi itu terbatas dan cenderung diarahkan oleh mesin pencari. Meski, mereka masih mendapatkan pilihan bacaan, tetapi informasi yang tersaji sudah dikelompokkan berdasarkan kata kunci. Jadi pengakses yang menyukai berita politik, maka ia akan dipertemukan dengan sejumlah informasi dalam lingkup bidang politik. Sementara itu, para peminat berita ekonomi dan bisnis akan diberi pilihan informasi ekonomi dan bisnis.
Oleh karena itu, sejauh mata memandang, pembaca hanya akan disuguhi informasi yang sesuai atau terkait dengan kata kunci dari informasi yang pertama kali dibacanya. Meski mereka dapat beralih ke topik yang lain, tetapi biasanya mereka yang sudah terlanjur kenyang dengan pilihan informasi yang tersaji tidak akan mencari informasi dengan topik yang lain.
Sulit dipengaruhi
Dalam konteks tersebut, maka tampak bahwa para pembaca akan sulit dipengaruhi atau dibelokkan oleh iklan. Memang teknik pemunculan iklan semakin kreatif, tetapi iklan-iklan yang tersaji dalam bentuk banner elektronik biasanya akan langsung ditutup oleh para pengakses internet. Hal itu berbeda dengan penyajian iklan di media tercetak. Dimana iklan tersaji tidak dapat ditutup seperti halnya banner elektronik, sehingga pembaca memiliki kesempatan untuk melihat, walaupun hanya sekilas.
Bagi pengakses yang tidak berminat untuk membaca informasi apapun akan sulit bahkan cenderung tidak dapat dipengaruhi oleh sekedar penyajian judul tulisan, gambar dan ringkasan tulisan. Jika mereka bersikap pasif di lingkungan internet, maka informasi-informasi lain tidak dapat menghampiri dirinya.
Kondisi itu memperlihatkan bahwa luas atau sempitnya pandangan, banyak atau sedikitnya informasi yang dimiliki pembaca sangat bergantung dengan motivasi dan keaktifan pembaca dalam mencari informasi. Akibatnya, informasi yang begitu banyak tersedia di Internet tidak semuanya terbaca.
Penutup
Perubahan pola konsumsi informasi itu hendaknya segera diamati, dianalisa dan dibahas oleh semua pihak terkait. Jika kondisi itu menguntungkan bagi generasi penerus, tentu cara konsumsi informasi seperti itu dapat dipertahankan. Namun, jika yang terjadi sebaliknya, maka akan terjadi pendangkalan dalam diri mereka. Oleh karena itu, di tengah eforia penggunaan teknologi informasi (TI) , hendaknya semua pihak tetap harus mawas diri dan melakukan evaluasi tentang sejauh mana perubahan konsumsi informasi itu dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat luas.
Penulis:
Budi Sutedjo Dharma Oetomo, S.Kom., MM
(Dimuat di Harian Bernas 8 Nov 2017)