Pengembangan bisnis menggunakan situs Web terus dipromosikan. Para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terus didorong untuk masuk dalam percaturan bisnis digital itu.Tidak terkecuali UKM di Yogyakarta dan sekitarnya. Pemerintah pun telah menggelar program 1 juta domain id gratis melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk UKM yang sejak 2016 hingga tahun 2018 ini (GOukm.id, 2017).
Kalangan pelaku UKM menyambut baik program itu. Banyak pelaku UKM yang telah memanfaatkan program pemerintah itu. Tidak sedikit pula dari antara mereka yang mengembangkan situs bisnis secara mandiri. Mereka bahkan berlomba untuk mendigitalkan bisnisnya dengan harapan dapat meraih jumlah konsumen yang lebih besar lagi.
Namun, setelah situs yang dibangun itu diluncurkan, tidak semua UKM dapat menikmati keuntungan yang diimpikannya, karena pengakses situs itu sangat sedikit. Bahkan pengakses yang sedikit jumlahnya itupun tidak tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan.
Tidak sekedar Web
Harus diakui, bahwa masih banyak pelaku UKM yang kurang paham tentang bisnis digital. Umumnya, mereka terlalu menyederhanakan persoalan. Seakan pengembangan bisnis digital hanyalah soal pembangunan situs Web sebagai sarana untuk menjual produk, serta sarana untuk mengurangi tenaga kerja, memangkas biaya sewa kios dan biaya-biaya lainnya. Padahal, pembangunan bisnis digital tidak kalah rumitnya dengan pengembangan bisnis secara konvensional, bahkan mungkin lebih rumit.
Dalam pengembangan bisnis digital, para pelaku UKM tidak cukup hanya membangun situs bisnis semata. Pertama-tama, mereka harus membuat rencana bisnis digital terpadu, termasuk di antaranya menentukan produk yang akan menjadi komoditas dan segmen pasar yang dituju. Selanjutnya, mereka menentukan nama situs yang merupakan merek (brand) dan posisi di benak masyarakat yang diinginkannya. Lalu diikuti dengan perumusan alur dan strategi bisnis yang nantinya akan diterjemahkan menjadi prosedur bisnis yang berlaku dalam situs web yang dibangun.
Tidak berhenti sampai di situ saja. Selanjutnya, pelaku UKM perlu memperhatikan tanggapan para pengakses situs, merespon setiap orang yang melakukan proses pemesanan dan transaksi pembelian. Selain itu, mereka juga perlu mempersiapkan proses pembaruan secara periodik dari konten informasi yang disajikannya, agar perwajahan dari situs itu selalu segar, baru dan memikat.
Ketatnya persaingan
Sejak awal, para pelaku UKM harus menyadari bahwa persaingan dalam bisnis digital sangat ketat. Begitu situs UKM diunggah berarti UKM itu memasuki suatu pasar yang sangat luas, seakan tanpa batas (Global Market). Mereka langsung dihadapkan pada jutaan pesaing sekaligus. Hal itu tentu berbeda dengan bisnis konvensional. Di mana, dalam satu kawasan kecamatan tidak akan ditemukan bisnis yang sejenis dalam jumlah jutaan.
Kesadaran akan ketatnya persaingan itu hendaknya tidak memupus motivasi bagi para pelaku UKM untuk mengembangkan sistem bisnis digital yang unggul. Justru sebaliknya, hal itu dapat mendorong persiapan mental dan teknis bagi para pelaku untuk bersaing secara sehat.
Pelaku UKM pun harus segera membangun nilai dan keunggulan dari setiap produk yang ditawarkannya, mengembangkan strategi promosi dan sistem penjualan yang menarik bagi calon pembeli. Selain itu, mereka harus segera mengembangkan sistem layanan dan garansi yang sederhana, cepat, murah dan mudah.
Pekerjaan di balik Web
Sementara itu, anggapan tentang tenaga kerja dapat dikurangi bahkan ditiadakan seiring dengan digunakannya situs Web ternyata tidak seluruhnya benar. Bahkan, untuk sejumlah bisnis digital yang berkembang, mereka justru membutuhkan tambahan staf.
Banyak pekerjaan yang tetap harus dilakukan di balik Web yang dibangun, antara lain: proses pembelian bahan baku, produksi, penyimpanan barang jadi, promosi, penjualan, ekspedisi, keuangan, pemeliharaan situs dan lain sebagainya. Bila perhatian terhadap pekerjaan-pekerjaan tersebut kurang, maka bisnis digital tidak akan berlangsung dengan efisien dan efektif dan mengakibatkan turunnya minat konsumen.
Oleh karena itu, para pelaku UKM tetap harus memiliki sejumlah staf untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan di balik Web itu. Jadi, makin besar omset dari bisnis digital itu, maka penangannya membutuhkan keterlibatan banyak tenaga kerja pula.
Penutup
Untuk membangun bisnis digital secara komprehensif, maka para pelaku UKM jangan hanya membatasi perhatian terhadap pengembangan situs Web semata. Para pelaku UKM hendaknya mempersiapkan rencana bisnis yang unggul, strategi yang efektif dan alur bisnis yang efisien. Selain itu, mereka juga harus menjaga kualitas produk yang ditawarkan, kecepatan respon bagi konsumen, menyediakan pelbagai alternatif sarana pembayaran, memastikan barang cepat terkirim dan terus berinovasi. Tanpa perpaduan dari semua proses tersebut, maka bisnis digital sulit untuk bertumbuh dan bertahan, apalagi berkembang.
Penulis
Budi Sutedjo Dharma Oetomo, S.Kom., MM
(Dimuat di Harian Bernas, 10 Januari 2018)