Akhir-akhir ini, dapat disaksikan bersama betapa cepatnya berita tentang suatu kejadian atau temuan tersebar luas (baca: viral). Sebut saja kejadian operasi tangkap tangan pejabat terduga korupsi, kecelakaan maut, penemuan korban, kemacetan, bencana alam, perkelahian antar siswa, tindakan intoleransi, hingga percakapan seseorang. Setiap orang seakan sangat sigap dan sadar gadget. Tindakan untuk merekam atau menuliskan dan menyebarluaskan suatu kejadian atau temuan itu seakan sudah menjadi gerak refleks setiap orang. Begitu melihat suatu kejadian, tanpa menimbang bahwa hal itu seharusnya bersifat personal atau publik, tetapi mereka sudah langsung mengirimkannya kepada orang lain.
Umumnya, motivasi mereka dalam memviralkan berita itu sangat sederhana, yaitu ingin orang lain, khususnya kerabat dekatnya ikut mengetahui dan menyaksikan kejadian tersebut. Namun, motivasi itu justru telah membuat setiap orang selalu bersiap untuk mengoperasikan gadgetnya guna merekam dan menyebarkan suatu kejadian. Tindakan pencegahan untuk penyebarluasan malah dapat memicu seseorang untuk segera menyebarluaskan kejadian tersebut.
Memacu pihak berwenang
Di satu sisi, tindakan penyebarluasan suatu kejadian atau temuan itu dapat berdampak positif. Hal itu memacu setiap orang untuk sadar peristiwa, lingkungan dan orang lain. Apalagi dalam kehidupan di perkotaan yang mulai menunjukkan sikap kurang peduli antar warganya. Namun, trend untuk memviralkan berita telah membuat setiap orang ingin segera memberitahukan pandangan matanya, situasi yang dialaminya, bahkan bahaya yang mengancam dirinya. Misalnya, bila seseorang mengalami kemacetan dan ia segera memviralkan kondisi itu, maka warga masyarakat yang akan melewati ruas jalan tersebut dapat mencari jalan alternatif, agar dirinya tidak ikut terjebak di dalamnya.
Berita viral juga dapat memacu pemerintah untuk segera bertindak dan kepolisian mengambil langkah-langkah pengamanan. Apalagi bila pejabat pemerintahan tidak ingin kehilangan kepercayaan masyarakat yang telah memilihnya dan menghadapi kritik pihak-pihak yang beroposisi terhadap dirinya. Oleh karena itu, hendaknya pemerintah dan pihak-pihak berwenang lainnya harus segera bertindak dan menunjukkan sikap yang tegas, tindakan yang jelas dan terukur (baca: professional).
Jika pemerintah dan pihak-pihak berwenang terkesan lambat dalam bertindak bahkan membiarkannya, maka mereka akan menuai “hukuman” saat pemilihan umum berikutnya. Namun sebaliknya, bila mereka cepat bertindak, maka masyarakat akan rela untuk menempatkan mereka kembali sebagai pemimpin.
Berita viral juga efektif untuk menggugah dan membangkitkan kesadaran masyarakat akan adanya bahaya, seperti penculikan anak, pengoplosan beras, penggunaan zat-zat berbahaya dalam makanan olahan dan lain sebagainya. Masyarakat dapat dimobilisasi untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap lingkungan di sekitarnya, makan dan minuman yang akan disantap, agar ancaman kejahatan dan kerugian dapat dihindarinya.
Dampak negatif
Di sisi lain, penyebarluasan berita, foto atau video dapat berdampak negatif. Apalagi bila, para penyebar berita itu tanpa mempertimbangkan faktor etika jurnalistik secara terang-terangan mengunggah gambar atau foto bahkan video anak kecil, orang sakit, pengungsi, korban luka atau tewas dalam suatu insiden, oknum terduga pelaku atau suatu tempat kejadian yang memiliki nilai bisnis, seni dan budaya.
Kondisi di atas ditengarai dapat melahirkan suatu tindakan “main hakim” sendiri dengan langsung memberikan “hukuman sosial” kepada terduga pelaku kejahatan yang tampak dalam gambar atau video yang diunggah. Bahkan jika tidak hati-hati, tindakan mengunggah foto atau video secara vulgar juga dapat menambah derita korban, karena kasusnya terekspos, misalnya korban pencabulan.
Dampak negatif lain yang mungkin timbul adalah terjadinya potensi gesekan atau perkelahian antar warga. Terutama bila berita, gambar atau video yang diunggah terkait dengan isu-isu yang sangat sensitif, khususnya soal SARA (suku, agama, ras dan antar golongan). Apalagi, bila sebelum diunggah, berita, gambar atau video itu sudah diolah lebih dahulu, sehingga berita itu mengandung kebohongan, kepalsuan bahkan ujaran kebencian yang dapat memecah belah warga.
Penutup
Oleh karena itu, pemerintah dan kepolisian harus bertindak cepat, tetapi cermat. Mereka harus berpacu dengan kemunculan berita viral atas suatu kejadian, agar peristiwa itu tidak menimbulkan dampak yang lebih buruk lagi.
Kemunculan berita viral itu kiranya dapat memacu pemerintah dan kepolisian untuk mengembangkan cara-cara baru dalam mendeteksi potensi perseteruan antar warga terkait dengan unggahan informasi itu. Selain itu, pemerintah dan masyarakat juga harus segera mengembangkan cara-cara yang efektif dan efisien untuk mengatasi masalah.
Penulis:
Budi Sutedjo Dharma Oetomo, S.Kom., MM
(Dimuat di Harian Bernas, 14 Februari 2018)